Salah satu fokus utama rapat adalah penataan arus lalu lintas serta pengelolaan destinasi wisata guna menunjang kenyamanan pengunjung selama acara berlangsung.
“Manfaatkan semaksimal mungkin destinasi wisata yang perlu dipublikasikan. Kirim informasi ke turis agar mereka punya referensi tempat yang bisa disiapkan,” ujar Gubernur Wahid.
Ia menekankan pentingnya kesiapan fasilitas pendukung seperti penginapan, peta wisata, dan informasi terpadu yang dapat diakses dengan mudah oleh wisatawan.
“Terutama hotel dan penginapan. Kalau bisa disiapkan juga mapping pariwisata Riau, bahkan tur guidenya,” jelasnya.
Menurutnya, wisatawan harus diberikan kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai durasi, biaya, serta akses terhadap layanan wisata.
“Kalau mereka mau ke sana-sini, sudah tersedia fasilitasnya. Berapa hari, berapa sewanya. Kalau bisa, semua dirapatkan,” urainya.
Gubernur Wahid menegaskan bahwa kesiapan destinasi wisata di sekitar Kuantan Singingi menjadi peluang memperluas minat kunjungan wisatawan. Ia berharap momentum Pacu Jalur tidak hanya menjadi event seremonial, tapi juga membuka potensi ekonomi daerah.
“Jangan sampai wisatawan hanya tertuju pada Pacu Jalur. Kita harus dorong mereka untuk mengeksplor tempat lain. Kerja sama dengan travel agent sangat penting,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menyoroti perlunya penertiban lalu lintas, terutama pembatasan kendaraan berat selama kegiatan berlangsung.
“Batasi kendaraan lalu lalang, terutama angkutan ODOL yang melintasi Kuansing,” tegasnya.
Rapat ditutup dengan penekanan bahwa kesuksesan Pacu Jalur 2025 terletak pada pengelolaan dua sisi: darat dan air.
“Pacu Jalur ini harus tertib dan berkesan, sehingga layak diapresiasi,” pungkasnya. (*)